Kalender Liturgi

Senin, 06 Januari 2014

Bagaimana Memulai Kegiatan

Gambar: http://mpchristianity.com


Dalam dua puluh empat jam ini, tampaknya saya mengalami dua peristiwa serupa. Sore kemarin di kampung, pertemuan evaluasi kegiatan anak-anak muda tampak tidak dimulai dengan doa. Langsung saya interupsi dan suruh berdoa dulu. Di pertemuan paroki pagi berikutnya, kelompok OMK tampak mengawali dan akan mengakhiri rapat tanpa doa. Juga saya protes dan kemudian diakhiri pula dengan doa.
Eh, kenapa saya kok terobsesi sekali dengan yang namanya doa?
Itu karena kebiasaan di lingkungan kerja. Sering saya saksikan di kantor, para kru lapangan ketika akan berangkat kerja ‘perabasan’ alias pembersihan di jaringan listrik, mereka memulai dulu dengan do’a. Di ruangan ‘meeting’ dalam keadaan berdiri, para petugas itu dikumpulkan. Peralatan mereka bawa: parang, obeng, tang, dan lain-lain peralatan yang tidak dipahami awam. Sementara itu, kendaraan yang menunggu di luar sedang dipanasi mesinnya.
Terlebih dahulu belasan pekerja ini dibriefing tentang pekerjaan mereka oleh si Boss. Uang operasional alias petty cash diserahkan. Peringatan tentang ‘jangan  melakukan pungli’ pun ditegaskan ulang. Saat akan berangkat dengan segenap bawaan mereka, eh sang Boss masih mengajak untuk berdoa bersama.
Memang, sebuah aktivitas bersama seharusnya diawali dengan doa. Ini bukan sesuatu yang tampaknya muluk-muluk seperti pelajaran SD yang mendefinisikan doa sebagai ‘berbicara dengan Tuhan’. Bagi saya, berdoa sebelum aktivitas bersama adalah komunikasi antar partisipan kegiatan tersebut, bahwa kegiatan dilangsungkan dengan tujuan mulia. Bukan sekadar perwujudan ambisi sementara dan fana, sefana orang-orang yang terlibat di dalamnya. (Simpet Soge,4/01/’14)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar