Kalender Liturgi

Jumat, 17 Januari 2014

Natal Bersama


Gambar: Henri Daros

Lite, BlogOMKL. Tiba di rumah masing2 pada Minggu sore, keropon2 dan kebarek2 separoki Lite pasti langsung istirahat panjang. Kelelahan. Eh memangnya kenapa? Yang belum tau, diberitahu nih: sepanjang hari tadi ada gathering perayaan natal di Niwak.
Bikin apa saja di sana?
Banyak. Dari misa di pagi hari hingga ‘dolo-dolo’ dan ‘liang namang’ di sore hari. Hmmm meski sederhana, so pasti tetap rame dan meriah. Jadi ketika turun dari bus kayu petang harinya di kampung masing-masing, jangan heran kalau semua mesti buru-buru mandi dan istirahat. Buat bapak-bapak, mama-mama, mohon jangan diganggu dulu, kami sedang capai!

Gema Natal
Ya, sesuai rencana, akhirnya natalan bersama OMK Lite telah berlangsung kemarin pas hari Minggu (11/01). Ratusan anggota OMK dari enam wilayah: Baya, Kokotobo, Lewobele, Lite Kenotan (Likot), Nubalema, dan Horowura tumpah ruah di gereja stasi Niwak. Sontak, stasi Niwak yang sehari-harinya diliputi kedamaian ala desa kini menjadi riuh oleh suara muda mudi.
Dalam rencana panitia, misa dijadwalkan berlangsung pukul 09.00. Nyatanya sedikit diundur mengingat jangkauan kehadiran peserta yang mencapai stasi Lamawolo dan Lewohele di Adonara Barat. Dengan misa yang dipersembahkan langsung oleh Romo moderator Flumen K Wolin, tema perayaan sangat pas untuk permenungan panjang: ‘Quo Vadis OMK Paroki Lite’. Missa dimeriahkan dengan koor yang dilantunkan teman2 OMK wilayah Kokotobo dan Nubalema.

Semarak Budaya Lamaholot
Sehabis ekaristi, berlangsung acara ramah-tamah dipandu host terbaik Lite, Ama Lorens Atlan. Acara demi acara berlangung serius, tetapi tidak meninggalkan kesan seru.
Di sela-sela sambutan bapak-bapak undangan diselipkan pementasan hiburan. Ada ‘liang namang’ dari OMK Kokotobo, di mana dari hadirin juga banyak yang bergabung. Ada tari ‘gawe au’ alias gaba-gaba dari wilayah Baya di mana banyak penonton yang rela berdiri di atas kursi demi bisa menonton. Ada  tari ‘Peni Masan Dai’ dari stasi Niwak yang diakhiri tepuk tangan panjang.  Vokal terbaik juga dipersembahkan oleh Yolan Kueh dan Ibu Bibi dalam lagu-lagu natal alias Xmas Carol, didukung teman2 dari OMK Baya, Likot serta Horowura yang tidak kalah unjuk dengan Vokal group-nya. Rangkaian acara berlangsung di ruang kelas SDK Niwak.

Kaum Muda Nyatanya Punya Bakat
Tanggapan baik muncul dari kalangan pemerintah, dalam hal ini diwakili Pak Sekdes Hoko Horowura. Dalam sambutannya, beliau mengapresiasi bakat anak muda dan menyebutnya sebagai ‘aset paroki Lite’.
Dikatakannya bahwa sebagai kelompok, kegiatan OMK mesti terarah, tidak hanya untuk kegiatan gereja, tetapi juga di bidang lain. Seperti misalnya di kalangan pemerintahan ada karang taruna, di mana kaum muda diorganisir. Hal ini akan mampu memunculkan bakat orang muda yang begitu banyak. Ia pun meminta pihak gereja untuk berkoordinasi dengan pemerintah bila perlu. Ditekankan pula kepada kaum muda bahwa OMK mesti mempunyai jatidiri yang positif. Tidak hanya cuma nama saja yang OMK tetapi ciri khas kekatolikan juga mesti tampak.

Kebutuhan untuk berkelompok
Penegasan untuk menjadikan keberadaan kelompok sebagai sebuah kebutuhan datang dari Ketua DPP Paroki. Menurut Ketua DPP, nenek moyang Lamaholot dari jaman dulu sudah membentuk kelompok. Dari kelompok kecil akhirnya membentuk ‘suku’ dan kemudian ‘lewo’.
OMK adalah salah satu implementasi dari kebutuhan akan hidup berkelompok. Di wadah OMK, setiap anggota bisa berlatih bagaimana bekerjasama dari kelompok yang kecil, hingga kemudian ke kelompok yang lebih besar.
Beliau kemudian mengutip materi evaluasi dan refleksi program Keuskupan Larantuka yang berlangsung dua tahun sebelumnya. Menurutnya, evaluasi dimaksud telah menyebut orang muda sebagai pihak yang kurang aktif, bukan saja di kehidupan beragama, tetapi juga dalam hal lain.
Acara ditutup oleh sambutan Romo Flumen yang menekankan tentang pentingnya orang muda aktif dalam berorganisasi.

Acara Bebas Terpimpin
Selepas bung host Lorens Atlan menutup acara resmi, acara bebas dibuka. Pertama diawali dengan goyang ala ‘Gemu Famire’, istilah Don Kopong dari seksi usaha dana tentang goyang ja’i kreasi terbaru.
Lalu, acara wajibnya adalah ‘dolo-dolo’ yang khas orang muda. Dengan tag utama ‘tega cinta nona yang manis’, pantun pantun pun saling dilemparkan dari no ke nona dan kemudian no lagi.
Lempar melempar pantun kemudian diselingi lagi dengan ‘liang namang’. Meski dengan gerakan yang cukup sulit, jenis tari sole yang ini sudah dilatih baik oleh teman-teman dari OMK Kokotobo sehingga bisa membantu teman-teman lain yang ikut serta. Jadi, meski semua peserta adalah kaum muda, acara tetap berlangsung seru hingga petang menjemput. Saatnya mengucapkan sayonara. (smpt)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar