![]() |
Gambar: Henri Daros |
Lite,
BlogOMKL. Tiba di rumah masing2 pada
Minggu sore, keropon2 dan kebarek2 separoki Lite pasti langsung istirahat
panjang. Kelelahan. Eh memangnya kenapa? Yang belum tau, diberitahu nih:
sepanjang hari tadi ada gathering perayaan natal di Niwak.
Bikin apa saja di sana?
Banyak. Dari misa di pagi hari hingga ‘dolo-dolo’ dan
‘liang namang’ di sore hari. Hmmm meski sederhana, so pasti tetap rame dan
meriah. Jadi ketika turun dari bus kayu petang harinya di kampung
masing-masing, jangan heran kalau semua mesti buru-buru mandi dan istirahat.
Buat bapak-bapak, mama-mama, mohon jangan diganggu dulu, kami sedang capai!
Gema Natal
Ya, sesuai rencana, akhirnya natalan bersama
OMK Lite telah berlangsung kemarin pas hari Minggu (11/01). Ratusan anggota OMK
dari enam wilayah: Baya, Kokotobo, Lewobele, Lite Kenotan (Likot), Nubalema,
dan Horowura tumpah ruah di gereja stasi Niwak. Sontak, stasi Niwak yang
sehari-harinya diliputi kedamaian ala desa kini menjadi riuh oleh suara muda
mudi.
Dalam rencana panitia, misa dijadwalkan berlangsung pukul
09.00. Nyatanya sedikit diundur mengingat jangkauan kehadiran peserta yang
mencapai stasi Lamawolo dan Lewohele di Adonara Barat. Dengan misa yang
dipersembahkan langsung oleh Romo moderator Flumen K Wolin, tema perayaan
sangat pas untuk permenungan panjang: ‘Quo Vadis OMK Paroki Lite’. Missa
dimeriahkan dengan koor yang dilantunkan teman2 OMK wilayah Kokotobo dan
Nubalema.
Semarak Budaya Lamaholot
Sehabis ekaristi, berlangsung acara ramah-tamah dipandu
host terbaik Lite, Ama Lorens Atlan. Acara demi acara berlangung serius, tetapi
tidak meninggalkan kesan seru.
Di sela-sela sambutan bapak-bapak undangan diselipkan
pementasan hiburan. Ada ‘liang namang’ dari OMK Kokotobo, di mana dari hadirin
juga banyak yang bergabung. Ada tari ‘gawe au’ alias gaba-gaba dari wilayah
Baya di mana banyak penonton yang rela berdiri di atas kursi demi bisa
menonton. Ada tari ‘Peni Masan Dai’ dari
stasi Niwak yang diakhiri tepuk tangan panjang.
Vokal terbaik juga dipersembahkan oleh Yolan Kueh dan Ibu Bibi dalam
lagu-lagu natal alias Xmas Carol, didukung teman2 dari OMK Baya, Likot serta
Horowura yang tidak kalah unjuk dengan Vokal group-nya. Rangkaian acara
berlangsung di ruang kelas SDK Niwak.
Kaum Muda Nyatanya Punya Bakat
Tanggapan baik muncul dari kalangan pemerintah, dalam hal
ini diwakili Pak Sekdes Hoko Horowura. Dalam sambutannya, beliau mengapresiasi
bakat anak muda dan menyebutnya sebagai ‘aset paroki Lite’.
Dikatakannya bahwa sebagai kelompok, kegiatan OMK mesti
terarah, tidak hanya untuk kegiatan gereja, tetapi juga di bidang lain. Seperti
misalnya di kalangan pemerintahan ada karang taruna, di mana kaum muda
diorganisir. Hal ini akan mampu memunculkan bakat orang muda yang begitu
banyak. Ia pun meminta pihak gereja untuk berkoordinasi dengan pemerintah bila
perlu. Ditekankan pula kepada kaum muda bahwa OMK mesti mempunyai jatidiri yang
positif. Tidak hanya cuma nama saja yang OMK tetapi ciri khas kekatolikan juga
mesti tampak.
Kebutuhan untuk berkelompok
Penegasan untuk menjadikan keberadaan kelompok sebagai
sebuah kebutuhan datang dari Ketua DPP Paroki. Menurut Ketua DPP, nenek moyang
Lamaholot dari jaman dulu sudah membentuk kelompok. Dari kelompok kecil
akhirnya membentuk ‘suku’ dan kemudian ‘lewo’.
OMK adalah salah satu implementasi dari kebutuhan akan
hidup berkelompok. Di wadah OMK, setiap anggota bisa berlatih bagaimana
bekerjasama dari kelompok yang kecil, hingga kemudian ke kelompok yang lebih
besar.
Beliau kemudian mengutip materi evaluasi dan refleksi
program Keuskupan Larantuka yang berlangsung dua tahun sebelumnya. Menurutnya,
evaluasi dimaksud telah menyebut orang muda sebagai pihak yang kurang aktif,
bukan saja di kehidupan beragama, tetapi juga dalam hal lain.
Acara ditutup oleh sambutan Romo Flumen yang menekankan
tentang pentingnya orang muda aktif dalam berorganisasi.
Acara Bebas Terpimpin
Selepas bung host Lorens Atlan menutup acara resmi, acara
bebas dibuka. Pertama diawali dengan goyang ala ‘Gemu Famire’, istilah Don
Kopong dari seksi usaha dana tentang goyang ja’i kreasi terbaru.
Lalu, acara wajibnya adalah ‘dolo-dolo’ yang khas orang
muda. Dengan tag utama ‘tega cinta nona yang manis’, pantun pantun pun saling
dilemparkan dari no ke nona dan kemudian no lagi.
Lempar melempar pantun kemudian diselingi lagi dengan ‘liang
namang’. Meski dengan gerakan yang cukup sulit, jenis tari sole yang ini sudah
dilatih baik oleh teman-teman dari OMK Kokotobo sehingga bisa membantu
teman-teman lain yang ikut serta. Jadi, meski semua peserta adalah kaum muda,
acara tetap berlangsung seru hingga petang menjemput. Saatnya mengucapkan
sayonara. (smpt)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar